sekar gambuh ping catur lirik

liriklagu tembang jawa "GAMBUH" Kamis, 13 Juni 2013 "GAMBUH" Sekar gambuh ping catur Kang cinatur Polah kang kalantur Tanpo tutur katulotulo katali kadaluarso katutuh kapatuh pan dadi awon Diposting oleh Anggietnimas di 20.31 19 komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Meine Stadt De Partnersuche Kostenlos. Tembang macapat Gambuh dalam rangkaian sekar macapat memiliki makna “cocok” atau sepaham. Tembang ini untuk menggambarkan seseorang dikala memasuki masa-masa indah atau masa menjadi sebuah tanda persetujuan sarujuk atas dua keluarga, sebagai obat gambuh atas panasnya kobaran api cinta yang digambarkan dalam tembang macapat dari tembang ini diantaranya adalah Sumanak ramah terhadap siapapun, sumadulur persaudaraan yang erat, Mulang mengajarkan, dan Pitutur nasehat.Tembang macapat Gambuh menjadi salah satu tembang yang berisi tentang berbagai ajaran kepada generasi muda, khususnya mengenai bagaimana menjalin hubungan antara manusia satu dengan yang kalangan ada yang memaknai kata Gambuh sebagai sebuah kecocokan, sepaham dan sikap bijaksana berarti dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai porsinya, dan mampu bersikap mengenai pentingnya membangun rasa persaudaraan, toleransi dan kebersamaan sebagai makhluk sosial banyak tergambar dari tembang-tembang macapat salah satu tembang yang memuat berbagai nasihat, tembang macapat ini biasanya digunakan oleh para orang tua untuk menasihati anak-anaknya atau para generasi muda. Adapun nasihat yang disampaikan berkisar tentang bagaimana membangun kehidupan antar dari tembang ini adalah Memiliki Guru Gatra 5 baris setiap baitMemiliki Guru Wilangan 7, 10, 12, 8 , 8artinya baris pertama terdiri dari 7 suku kata, baris kedua berisi 10 suku kata, dan seterusnya…Memiliki Guru Lagu u, u, i, u, o artinya baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua berakhir vokal u, dst..Contoh nada tembang macapat gambuhSetelah tembang macapat Gambuh, tembang selanjutnya adalah macapat Dandanggula yang berarti indahnya menikmati manisnya macapat gambuh salah satunya juga terdapat dalam Serat Wulangreh pupuh III karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV, Raja gambuh ping catur, Tembang gambuh keempat Kang cinatur polah kang kalantur, Yang dibicarakan tentang perilaku yang kebablasan Tanpa tutur katula-tula katali, Tanpa nasihat terjerat penderitaan Kadaluwarsa kapatuh, Terlanjur menjadi kebiasaan Kapatuh pan dadi awon. Kebiasaan bisa berakibat buruk———————————-Aja nganti kabanjur, Jangan sampai terlanjur Barang polah ingkang nora jujur, Bertingkah polah yang tidak jujur Yen kebanjur sayekti kojur tan becik, Jika telanjur tentu akan celaka dan tidak baik Becik ngupayaa iku, Lebih baik berusahalah Pitutur ingkang sayektos. [menngikuti] ajaran yang sejati—————————————Tutur bener puniku, Ucapan yang benar itu Sayektine apantes tiniru, Sejatnya pantas untuk diikuti Nadyan metu saking wong sudra papeki, Meskipun keluar dari orang yang rendah derajatnya Lamun becik nggone muruk, Jika baik dalam mengajarkan Iku pantes sira anggo. Itu pantas kau pakai————————————–Ana pocapanipun, Ada sebuah ungkapan Adiguna adigang adigung, Adiguna, adigang, adigung Pan adigang kidang adigung pan esthi, Seperti Adigang-nya kijang, adigung-nya gajah Adiguna ula iku, Adiguna-nya ular Telu pisan mati sampyoh. Ketiganya mati bersama dengan sia-sia——————————Si kidang ambegipun, Si kijang memiliki watak Angandelaken kebat lumpatipun, Menyombongkan kecepatannya melompat/berlari Pan si gajah angandelken gung ainggil Si gajah menyombongkan tubuhnya yang tinggi besar Ula ngandelaken iku, Ular menyombongkan Mandine kalamun nyakot. Keampuhannya dengan menggigit———————————Iku upamanipun, Itu sebuah perumpamaan Aja ngandelaken sira iku, Jangan menyombongkan diri Suteng nata iya sapa kumawani, Seorang raja siapa yang berani Iku ambeke wong digang, Itu perilaku yang adigang Ing wasana dadi asor. Yang akhirnya bisa merendahkan—————————–Adiguna puniku, Watak adiguna adalah Ngandelaken kapinteranipun, Menyombongakan kepandaiannya Samubarang kabisan dipundheweki, Seolah semua bisa dilakukan sendiri Sapa bisa kaya ingsun, Siapa yang bisa seperti aku Togging prana nora enjoh. ujung-ujungnya tak bisa apa-apa——————————-Ambek adigung iku, Watak orang adigung adalah Angungasaken ing kasuranipun, Menyombongkan keperkasaannya Para tantang candhala anyenyampahi, Semua ditantang berkelahi dan disepelekan Tinemenan nora pecus, Jika benar dihadapi, ia tak berdaya Satemah dadi geguyon. Akhirnya hanya jadi bahan tertawaan—————————–Ing wong urip puniku Dalam kehidupan manusia Aja nganggo ambek kang tetelu, Jangan sampai memiliki watak ketiga tadi Anganggowa rereh ririh ngati-ati, Milikilah sifat sabar, cermat, dan berhati-hati Den kawangwang barang laku, Selalu introspeksi pada tingkah laku Kang waskitha solahing wong. Pandailah membaca perilaku orang lain Tembang Gambuh berasal dari kata "jumbuh" dalam bahasa Jawa yang artinya sesuai, tepat, atau kecocokan, kesepahaman serta kebijaksanaan. Bijaksana artinya dapat menempatkan sesuatu sesuai porsinya, tempatnya dan mampu bersikap adil. Tembang Gambuh berisikan tentang ajaran dan nasehat kepada generasi muda dalam pergaulan, sikap dan tingkahlaku dalam menjalin hubungan dengan teman dan masyarakat Tembang Gambuh berisikan tentang persahabatan dan keramahtamahan, serta dapat digunakan untuk menyampaikan beragam cerita kehidupan yang pada intinya digunakan sebagai pedoman dan pengalaman dalam pergaulan. Tembang Gambuh memiliki Guru Gatra 5 baris setiap bait Artinya tembang Gambuh ini memiliki 5 larik atau baris kalimat. Guru wilangan Tembang Gambuh yaitu 7, 10, 12, 8, 8 Artinya baris pertama terdiri dari 7 suku kata, baris kedua berisi 10 suku kata, dan seterusnya. Dan Guru lagu Tembang Gambuh yaitu u, u, i, u, o Artinya baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua berakhir vokal u, dan seterusnya. Berikut contoh tembang Gambuh dan artinya secara lengkap yang telah kami rangkum sejumlah 41 tembang Gambuh. Postingan kami sebelumnya hanya menuliskan 6 contoh dan telah kami perbarui dengan menambahkan sejumlah 35 contoh tembang Gambuh lengkap dengan artinya Sebanyak 35 tembang Gambuh diciptakan oleh KGPA. Mangkunagara IV dalam serat Wedotomo dari buku "Menyingkap serat Wedotomo" oleh Anjar Any. dan 6 tembang Gambuh kami rangkum dari sumber lain. Semoga dapat memberikan wawasan bagi pembaca yang menyukai tembang Samengko ingsun tutur,Sembah catur supaya Jumuntur,Dhihinraga, cipta, jiwa, rasa, kaki,Ing kono lamun tinemu,Tandha nugrahaning Manon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSekarang saya berkata, empat buah sembah agar mewaris kau tiru. Pertama Raga, Cipta, Jiwa dan Rasa anakku. Disitu bila tercapai, itu pratandha kebesaran Sembah raga punika,Pakartine wong amagang laku,Susucine asarana saking warih,Kang wus lumrah limang wektu,Wantu wataking weweton.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSembah Raga itu, perbuatan orang yang baru menjadi calon langkah pertama, Pembersihnya dengan air, yang biasa lima waktu, merupakan sipat aturan/ Inguni uni durung,Sinarawung wulang kang Sinerung,Lagi iki bangsa kas ngetokken anggit,Mintokken kawignyaipun,Sarengate elok elok.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaDahulu kala belum pernah, dikenalkan dengan pelajaran rahasia, Baru sekarang kelompok yang bersemangat memperlihatkan rekuan-rekaan. Memperlihatkan kemampuannya, dengan cara yang Thithik kaya santri Dul,Gajeg kaya santri brai kidul,Saurute Pacitan pinggir pasisir,Ewon wong kang padha nggugu,Anggere padha nyalemong.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaKadangkala seperti santri Dul, kalau tidak salah seperti santri daerah selatan, disepanjang tepi pantai Pacitan Ribuan orang yang percaya, aturan yang asal Kasusu arsa weruh,Cahyaning Hyang kinira yen karuh,Ngarep arep urub arsa den kurebi,Tan wruh kang mangkono iku,Akale kaliru enggon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaTergesa-gesa ingin segera tahu, Mengira kenal dengan cahaya Tuhan, mengharap cahaya akan ditelungkubi dihormati. Tidak tahu yang begitu itu, pandangannya tidak benar salah tempat.6 Yen ta jaman rumuhun,Tata titi tumrah tumaruntun,Bangsa srengat tan winor lan laku batin,Dadi nora gawe bingung,Kang padha nembah Hyang Manon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaBila dijaman dahulu, diatur sebaik-baiknya dari awal hingga akir. Bagian sariat tidak dicampur dengan ulah batin. Sehingga tidak membingungkan, bagi yang menyembah Lire sarengat iku,Kena uga ingaranan laku,Dhingin ajeg kapindone ataberi,Pakolehe putraningsung,Nyenyeger badan mrih kaot.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaArtinya sariat itu, dapat juga disebut laku cara. Pertama dilakukan dengan tetap, kedua tekun. Hasilnya anakku, menyegarkan badan agar lebih Wong seger badanipun,Otot daging kulit balung sungsum,Tumrah ing rah memarah antengingati,Antenging ati nunungku,Angruwat ruweding batos.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaOrang yang sehat badannya, Otot, daging kulit, tulang dan sungsum, mempengaruhi darah menjadikan tenangnya hati. Tenangnya hati menjadikan/dapat menghilangkan pikiran yang Mangkono mungguh ingsun,Ananging ta sarehne asnafun,Beda beda panduk panduming dumadi,Sayektine nora jumbuh,Tekad kang padha linakon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaItu bagi saya, tetapi karena orang itu berbeda-beda, lain-lain nasib kodrat iradat orang, Sebenarnya tidak cocok, tekad yang dijalankan Nanging ta paksa tutur,Rehne tuwa-tuwa se mung catur,Bok lumuntur lantaraning reh utami,Sing sapa temen tinemu,Nugraha geming kaprabon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaTetapi memaksa diri memberi petuah, karena sebagai orang tua kewajibannya hanya berpetuah. Siapa tahu dapat diwariskan sebagai pengantar aturan yang baik. Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan, pahala dari Tuhan. 11 Samengko sembah kalbu,Yen lumintu uga dadi laku,Laku agung kang kagungan Narapati,Patitis tetesing kawruh,Meruhi marang kang momong.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSekarang sembah kalbu, jika terus-menerus dilakukan juga menjadi laku tindakan yang berpahala, Tindakan besar yang dimiliki oleh raja. Tepat tumbuhnya ilmu ini, dapat mengetahui yang merawat diri/ Sucine tanpa banyu, Tan Mung nyunyuda mring hardaning kalbu,Pambukane tata titi ngati-ati,Atetep telaten atul,Tuladan marang waspaos.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaPembersihnya tanpa air. Hanya dengan mengurangi nafsu dihati. Mulainya dari sikap yang baik, teliti dan berhati-hati. Serta tetap tidak bosan dan menjadi watak. Contoh untuk Mring jatining pandulu,Panduk ing ndon dedalan satuhu,Lamun lugu legutaning reh maligi,Lageane tumalawung,Wenganingalam kinaot.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaPada pandangan yang sebenarnya, mencapai tujuan/jalan yang benar. Jika benar/bares kebiasaannya yang kusus, ciri khasnya keadaan sayup-sayup sampai. Terbukanya alam yang lain alam diatas.14 Yen wus kambah kadyeku,Sarat sareh saniskareng laku,Kalakone saka eneng ening eling,Ilanging rasa tumlawung,Kono adiling Hyang Manon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaBila sudah mengalami seperti itu, saratnya sabar segala tindak tanduk. Terlaksananya dengan cara tenang syahdu tetapi tetap sadar. Bila rasa sayup sampai tadi hilang, itulah maha adilnya Gagare ngunggar kayun,Tan kayungyun mring ayuning kayun,Bangsa anggit yen ginigit nora dadi,Marma den awas den emut,Mring pamurunging lelakon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaGagalnya membiarkan kehendak, tidak tertarik kepada indahnya tujuan. Hal yang direka-reka bila dirasakan digigit tidak terwujud. Maka dari itu harap waspada terhadap perintang/ Samengko kang tinutur,Sembah katri kang sayekti katur,Mring Hyang Sukma sukmanen saari ari,Arahen dipun kacakup,Sembaling jiwa sutengong.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSekarang yang dibicarakan, sembah ketiga yang sebenarnya diperuntukkan untuk Sukma, jalankan setiap saat. Usahakan agar mencakup sembah jiwa ini Sayekti luwih perlu,Ingaranan pepuntoning laku,Kalakuwan tumrap kang bangsaning batin,Sucine lan awas emut,Mring alaming lama maot.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSebenarnya lebih penting. Disebut penghabisannya tindakan, tindakan yang bersangkutan dengan batin, pembersihnya dengan awas dan Ingat, kepada alam lama yang maha besar dapat memuat, alam Ruktine ngangkah ngukut,Ngiket ngruket triloka kakukutJagad agung ginulung lan jagad alit,Den kandel kumadel kulup,Mring kelaping alam kono,KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaMemeliharanya caranya dengan berusaha menguasai, mengikat, merangkul tiga jagad di kuasai. Jagad besar digulung dengan jagad kecil. Perkuatlah kepercayaanmu anakku, terhadap keadaan/gemerlapannya alam Keleme mawi limut,Kalamatan jroning alam kanyut,Sanyatane iku kanyataan kaki,Sejatine yen tan emut,Sayekti tan bisa awor.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaTenggelam rasanya dengan suasana berkabut/gelap. Mendapat firasat didalam alam yang menghanyut itu. Sebenarnya itu kenyataan, anakku. Sebenarnya kalau tidak ingat, akan tidak dapat Pamete saka luyut,Sarwa sareh saliring panganyutLamun yitna kayitnan kang miyatani,Tarlen mung pribadinipun,Kang katon tinonton kono.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSarananya dari luyut batas lahir dan batin, Serba sabar dalam mengikuti alam yang menghanyutkan. Asal waspada, dan kewaspadaan yang dapat diandalkan itu tak lain diri pribadinya yang terlihat disitu. 21 Nging aywa salah surup,Kono ana sajatining urub,Yeku urub pangarep uriping budi,Sumirat sirat narawung,Kadya kartika katonton.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaTetapi jangan salah terima. Disitu ada cahaya sejati. Yalah cahaya-cahaya yang memimpin hidupnya sanubari. Bercahaya lebih jelas/ terang, bagaikan bintang Yeku wenganing kalbu,Kabukane kang wengku winengku,Wewengkone wis kawengku neng sireki,Nging sira uga kawengku,Mring kang pindha kartika byorKGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaItulah terbukanya hati. Terbukalah yang kuasa dan menguasai. Daerahnya sudah kau kuasai, tetapi kau juga dikuasai, oleh cahaya yang seperti bintang Samengko ingsun tutur,Gantya sembah ingkang kaping catur,Sembah rasa karasa wosing dumadi,Dadine wis tanpa tuduh,Mung kalawan kasing batos.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSekarang saya berbicara, Beralih dengan sembah nomer empat. Sembah rasa terasalah hakekat kehidupan ini. Terwujudnya terlaksananya tanpa petunjuk. Hanya dengan kesentausaan batin24 Kalamun durung lugu,Aja pisan wani ngaku aku,Antuk siku kang mengkono iku kaki,Kena uga wenang muluk,Kalamun wus padha melok.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaApabila belum mengalami benar, jangan sekali-kahi mengaku-aku, mendapat laknat yang demikian itu anakku. Boleh dikata berhak mengatakan, upabila sudah mengetahui dengan Meloke ujar iku,Yen wus ilang sumelanging kalbu,Amung kandel kumandel marang ing takdir,Iku den awas den emut,Den memet yen arsa momot.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaKenyataan yang dibicarakan ini, Bila sudah hilang keragu-raguan hati, hanya percaya dengan sebenarbenarnya kepada takdir. Itu harap awas dan ingat. Yang cermat apabila incin menguasai Pamoting ujar iku,Kudu santosa ing budi teguh,Sarta sabar tawekal legaweng ati,Trima lila ambeg sadu,Weruh wekasing dumados.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaUntuk melaksanakan petuah itu, harus sentausa dan teguh budinya. Dan sabar serta tawakal, iklas dihati, rela dan menerima segalanya, berjiwa pandita yang dapat dipercaya, paham akir dari hidup Sabarang tindak tanduk,Tumindake lan sakadaripun, Den ngaksama kasisipaning sesami,Sumimpanga ing laku dur, Hardaning budi kang ngrodon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSegala tindak tanduk, dikerjakan sekadarnya, memberi maaf terhadap kesalahan sesama, menghindari dari tindakan tercela, watak angkara yang Dadya wruh iya dudu, Yeku minangka pandaming kalbu,Ingkang buka ing kijab bullah agaib,Sesengkeran kang sinerung,Dumunung telenging batos.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSehingga tahu baik dan buruk. Itulah sebagai petunjuk hati, yang membuka rintangan/tabir antara insan dan Tuhan, hal yang dikuasai dan dirahasiakan, berada di dalam Rasaning urip iku,Krana momor pamoring sawuWujud dollah sumrambah ngalam sakalir,Lir manis kalawan madu, Endi arane ing kono.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaRasa hidup itu, karena manunggal dengan citra yang berujud, Kesaksian terhadap Tuhan berada dialam semesta, Bagaikan manis dengan madu. Manakah itu Endi manis endi madu,Yen wis bisa nuksmeng pasang semu,Pasamoaning hebing kang Maha Suci,Kasikep ing tyas kacakup,Kasat mata lair batos.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaManakah manis, mana yang madu, apabila sudah dapat menghayati gambaran itu, Pengertian sabda Tuhan, dirangkul dan dikuasai didalam hati, terlihat lahir dan Ing batintan kaliru,Kedhap kilap liniling ing kalbu,Kang minangka colok celaking Hyang Widhi,Widadaning budi sadu,Pandak panduking liru nggon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaDidalam batin tidak salah, Segala cahaya yang indah diteliti dalam hati. Yang sebagai obor petunjuk dalam mendekat Tuhan. Keselamatan budi pinandita, serta perobahan-perobahan yang terjadi32 Nggonira mrih tulus,Kalaksitaning reh kang rinuruhNggeyanira mrih wiwal warananing gaib,Paranta lamun tan weruh,Sasmita jatining endhog.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaBagaimana usahamu agar berhasil, terlaksananya hal yang dicari, Usahamu agar dapat melepas penghalangnya kegaiban. Apabila tidak tahu, perumpamaan tentang kejadiannya Putih lan arsa titah teka mangsul,Dene nora mantra mantra yen ing lair,Bisa aliru wujud,Kadadeyane ing kono.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaPutih dan kuningnya, apabila akan menetas berbalik. Tidak diduga bahwa kenyataannya berganti wujud, kejadiannya Istingarah tan metu,Lawan istingarah tan lumebu,Dene ing njro wekasane dadi njawi,Rasakna kang tuwajuh,Aja kongsi kabasturon.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaDapat dipastikan tidak keluar, juga dapat dipastikan tidak masuk, kenyataannya yang didalam menjadi di luar. Rasakan/pikirlah dengan sebenar-benarnya. Jangan sampai terlanjur tidak Karana yen kebanjur,Kajantaka tumekeng saumurTanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi,Dadi wong ina tan weruh,Dheweke den anggep dhayoh.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSebab apabila terlanjur, Masgul/kecewa sepanjang hidup. Tidak ada gunanya bila kelak mati, menjadi orang hina yang tak tahu. Dirinya dianggap tamu. Katutuh pan dadi awon. Sunan Paku Buwana IV. Wulang Reh III. 1 Disalahkan sudah mengerti menjadi jelek. Sumingkiringreh tyas mirong. Agar dapat menyingkap hal-hal yang salah. Uwohing panggawe awon. Hasil dari perbuatan yang buruk. Dinulu luwar tibengdoh. Ditelan dan dibuang jauh. Korup sinerung angoroh. Mengambil yang bukan haknya selalu berdusta. Kari ketaman pakewuh. Akhirnya hanya akan menemui sesuatu yang tidak mengenakan hati. Demikian pembahasan tentang "6 Contoh Tembang Gambuh dan Artinya Secara Lengkap" yang dapat kami sampaikan. Baca juga artikel Tembang Macapat menarik lainnya di situs Connection timed out Error code 522 2023-06-16 133740 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d837222eac106cc • Your IP • Performance & security by Cloudflare 100% found this document useful 2 votes16K views5 pagesOriginal TitleSekar gambuh ping caturCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes16K views5 pagesSekar Gambuh Ping CaturOriginal TitleSekar gambuh ping caturJump to Page You are on page 1of 5 You're Reading a Free Preview Page 4 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. PUPUH III G A M B U H 01 Sekar gambuh ping catur, kang cinatur polah kang kalantur, tanpa tutur katula-tula katali, kadaluwarsa kapatuh, katuruh pan dadi awon. Sekar gambuh pola yang keempat, yang menjadi bahan perbincangan adalah perlaku yang tidak teratur, tidak mau mendengar nasihat, semakin lama semakin tak terkendali, hal ini akan berakibat buruk. 02 Aja nganti kabanjur, barang polah ingkang nora jujur, yen kebanjur sayekti kojur tan becik, becik ngupayaa iku, pitutur ingkang sayektos. Jangan sampai kau terlanjur dengan tingkah polah yang tidak jujur, jika sudah telanjur akan mecelakakan, dan hal itu tidak baik. Oleh karena itu, berusahalah ajaran yang sejati. 03 Tutur bener puniku, sayektine apantes tiniru, nadyan metu saking wong sudra papeki, lamun becik nggone muruk, iku pantes sira anggo. Ajaran yang benar itu patut kau ikuti, meskipun berasal dari orang yang rendah derajatnya, namun jika baik dalam mengajarkan, maka ia pantas kau terima. 04 Ana pocapanipun, adiguna adigang adigung, pan adigang kidang adigung pan esthi, adiguna ula iku, telu pisan mati sampyoh. Ada kiasa yang berbunyi adiguna, adigang, adigung, adigang kiasan kijang, adigung kiasan gajah, dan adiguna kiasan ular. Ketiganya mati bersamaan. 05 Si kidang ambegipun, angandelaken kebat lumpatipun, pan si gajah angandelken gung ainggil, ula ngandelaken iku, mandine kalamun nyakot. Tabiat si kijang adalah menyombongkan kecepatannya berlari, si gajah menyombongkan tubuhnya yang tinggi besar, sedangkan si ular menyombongkan bisaya yang ganas bila menggigit. 06 Iku upamanipun, aja ngandelaken sira iku, suteng nata iya sapa kumawani, iku ambeke wong digang, ing wasana dadi asor. Itu semua hanya perumpamaan, janganlah kau menyombongkan diri karena putra raja sehingga merasa tidak mungkin ada yang berani, itu tabiat yang adiganng, ujung-ujungnya merendahkanmu. 07 Adiguna puniku, ngandelaken kapinteranipun, samubarang kabisan dipundheweki, sapa bisa kaya ingsun, togging prana nora enjoh. Watak adiguna adalah menyombongakan kepandaiannya, seluruh kepandaian adalah miliknya. Siapa yang bisa seperti aku, padahal akhirnya tidak sanggup. 08 Ambek adigung iku, angungasaken ing kasuranipun, para tantang candhala anyenyampahi, tinemenan nora pecus, satemah dadi geguyon. Tabiat orang adigung adalah menyombongkan keperkasaan dan keberaniannya, semuanya ditantang berkelahi, bengis, dan suka mencela. Tetapi jika benar-benar dihadapi, ia tak akan melawan, bahkan jadi bahan tertawaan. 09 Ing wong urip puniku, aja nganggo ambek kang tetelu, anganggowa rereh ririh ngati-ati, den kawangwang barang laku, kang waskitha solahing wong. Dalam kehidupan, jangan kau kedepankan tiga tabiat tersebut, berlakulah sabar, cermat, dan hati-hati. Perhatikan segala tingkah laku, waspadai segala perilaku orang lain. 10 Dene tetelu iku, si kidang suka ing panitipun, pan si gajah alena patinireki, si ula ing patinipun, ngandelaken upase mandos. Dari ketiganya itu, si kijang mati karena kegembiraannya, gajah mati karena keteledorannya, sedangkan ular mati karena keganasan bisanya. 11 Tetelu nora patut, yen tiniru mapan dadi luput, titikane wong anom kurang wewadi, bungah akeh wong kang nggunggung, wekasane kajalomprong. Ketiganya tidak patut kau tiru, kalau kau tiru akibatnya akan buruk. Ciri-ciri pemuda adalah tidak dapat menyimpan rahasia , senang bia banyak yang menyanjung yang akhirnya menjerumuskan. 12 Yen wong anom iku, kakehan panggunggung, dadi kumprung, pengung bingung wekasane pan angoling, yen ginunggung muncu-muncu, kaya wudun meh mencothot. Jika pemuda terlalu banyak sanjungan, maka ia menjadi tolol, tuli, dan bingung, akhirnya mudah diombang-ambingkan, jika sedang dimuji, maka monyong seperti bisul yang hampir meletus 13 Dene kang padha nggunggung, pan sepele iku pamrihipun, mung warege wadhuk kalimising lathi, lan telese gondhangipun, reruba alaning uwong. Adapun yang senang menyanjung sangat sederhana keinginannya, yaitu kenyang perut, basah lidah dan tenggorokan dengan menjual keburukan orang lain. 14 Amrih pareke iku, yen wus kanggep nuli gawe umuk, pan wong akeh sayektine padha wedi, tan wurung tanpa pisungsung, adol sanggup sakehing wong. Supaya dekat dengan atasan. Jika sudah terpakai kemudian membuat ulah dengan membuat orag menjadi takut sehingga ia menerima upeti dari hasil menjual kemampuan orang lain. 15 Yen wong mangkono iku, nora pantes cedhak lan wong agung, nora wurung anuntun panggawe juti, nanging ana pantesipun, wong mangkono didhedheplok. Orang seperti itu tidak pantas untuk berdekata dengan pembesar karena dapat mendorong untuk berbuat jahat. Meskipun begitu tetap ada kepantasannya, yaitu ditumbuk. 16 Aja kakehan sanggup, durung weruh tuture agupruk, tutur nempil panganggepe wruh pribadi, pangrasane keh kang nggunggung, kang wus weruh amalengos. Jangan terlalu merasa tahu banyak. Belum melihat dengan mata kepala sendiri tetapi banyak berbicara, bahkan hanya dengan mendengar seolah-olah mengetahui sendiri. Dikiranya banyak yang menyanjung, padahal yang mengetahuinya akan memalingkan muka. 17 Aja nganggo sireku, kalakuwan kang mangkono iku, nora wurung cinirenen den titeni, mring pawong sanak sadulur, nora nana kang pitados. Oleh karena itu, Nak. Jangan kau bersikap seperti itu karena pasti akan mencadi catatan dalam hati sanak saudara. Mereka tidak akan percaya lagi kepadamu. Sumber

sekar gambuh ping catur lirik